Struktur Kalimat Dalam Bahasa Jepang

1. Inti Struktur Kalimat

Struktur kalimat: UNSUR + PREDIKAT

Inti struktur kalimat dalam bahasa Jepang terdiri atas pola kalimat “Unsur + Predikat”. Predikat harus terdapat dalam kalimat, dan diletakkan pada akhir kalimat tersebut. Bahasa Jepang dikenal sebagai bahasa yang mengutamakan predikat, dan unsur-unsur lain seperti subjek, objek, dan keterangan disusun untuk dihubungkan dengan predikat. Pada dasarnya, unsur tersebut dapat diletakkan di depan predikat saja.

2. Susunan Kalimat

Fleksibel: (unsur1 + unsur2 + unsur3…) + Predikat

Pada dasarnya, susunan kalimat dalam bahasa Indonesia terdiri atas urutan SPOK (Subjek + Predikat + Objek + Keterangan). Sedangkan, susunan kalimat dalam bahasa Jepang fleksibel (bebas), asal predikatnya diletakkan pada akhir kalimat. Lalu, bagaimana caranya untuk menentukan setiap unsur seperti subjek, objek, dan keterangan jika susunannya fleksibel. Penjelasannya sebagai berikut di bawah paragraf ini.

3. Penentuan Unsur Kata Benda dalam Kalimat

[KB1 + Partikel] [KB2 + Partikel] […] + Predikat

Unsur kata benda seperti subjek dan objek dalam bahasa Indonesia ditentukan oleh urutan kata dalam kalimat. Sedangkan, unsur kata benda dalam bahasa Jepang ditentukan oleh “partikel (sejenis kata bantu)” seperti ga, wa, o, dan lain-lain, dan tidak ditentukan oleh urutan kata dalam kalimat. Fungsi partikel dalam bahasa Jepang sedikit mirip “kata depan” dalam bahasa Indonesia, yang dapat menunjukkan waktu, tempat, arah, dan lain-lain. Sedangkan, partikel dalam bahasa Jepang justru merupakan “kata belakang” (karena diletakkan di belakang kata yang ditunjukkannya), dan dapat menunjukkan subjek dan objek juga. Partikel dalam bahasa Jepang menunjukkan hubungan antara kata yang satu dengan kata yang lain. Oleh karena adanya partikel, unsur-unsur dalam bahasa Jepang dapat disusun secara fleksibel.

4. Kata yang menerangkan dan diterangkan

Dalam bahasa Indonesia, kata yang diterangkan diletakkan di depan kata yang menerangkan. Sedangkan, dalam bahasa Jepang, kata yang menerangkan diletakkan di depan kata yang diterangkan.

Contoh:
Akai hana = Bunga merah.
Akai(merah) menerangkan Hana(bunga).

Indonesia-jin = Orang Indonesia.
Indonesia menerangkan Jin(orang).

Nihon ryoori = Masakan Jepang.
Nihon menerangkan ryoori(masakan).

5. Predikat dalam Bahasa Jepang

Jika melihat tata bahasa dari sisi predikat, terdapat tiga jenis kalimat, yaitu Kalimat Kata Benda, Kalimat Kata Sifat, dan Kalimat Kata Kerja.

a. Kalimat Kata Benda

Pola kalimat:
“Kata Benda1” wa “Kata Benda2” desu. (Predikat = Kata Benda)
“Kata Benda1” adalah “Kata Benda2”

Pola kalimat ini digunakan untuk menyatakan “KB(Kata Benda)1 adalah KB(Kata Benda)2”. Partikel “wa” menunjukkan bahwa Kata Benda1 adalah topik sekaligus subjek dalam kalimat, dan topik dijelaskan oleh predikat (Kata Benda2). Bagian desu diubah sesuai situasi seperti waktu, positif-negatif, halus-biasa, dan lain-lain.

Contoh:
Dewi wa gakusee desu. * gakusee = siswa
Dewi siswa.

Agus wa sensee desu. * sensee = guru
Agus guru.

Watashi wa Indonesia-jin desu.
Saya orang Indonesia. *watashi = saya

b. Kalimat Kata Sifat

Pola kalimat:
“Kata Benda” wa “Kata Sifat” desu. (Predikat = Kata Sifat)
“Kata Benda1” bersifat “Kata Sifat”.

Pola kalimat ini digunakan untuk menunjukkan kondisi subjek. Partikel “wa” menunjukkan bahwa Kata Benda adalah topik sekaligus subjek dalam kalimat, dan topik dijelaskan oleh predikat (Kata Sifat). Bagian desu diubah sesuai situasi seperti waktu, positif-negatif, halus-biasa, dan lain-lain.
Contoh:
Kore wa oishi-i desu. *kore = ini, oishii = enak(makanan)
Ini enak.

Are wa taka-i desu. *are = itu, taka-i = mahal
Itu mahal.

Desi-san wa kawai-i desu. *kawai-i = cantik
Desi cantik.

c. Kalimat Kata Kerja

Pola kalimat:
[Kata Benda + partikel] + “Kata Kerja”-masu. (Predikat = Kata Kerja)
Melakukan/Terjadi “Kata Kerja” dengan yang dijelaskan pada [Kata Benda + partikel].

Sangat banyak kalimat dalam bahasa Jepang terdiri dari pola kalimat ini. Partikel dalam kalimat menunjukkan hubungan antara unsur-unsur dengan predikat (kata kerja). Bagian -masu diubah sesuai situasi seperti waktu, positif-negatif, halus-biasa, dan lain-lain.

Contoh:
Dewi ga tabe-masu(makan). * “ga” menunjukkan subjek.
Dewi makan.

Bakso o tabe-masu. * “o” menunjukkan objek.
Makan bakso.

Warung de tabe-masu. * “de” menunjukkan tempat.
Makan di warung.

Agus to tabe-masu. * “to” menunjukkan “bersama dengan”.
Makan bersama dengan Agus.